Star Glam Cirebon :

Tradisi Azan Pitu di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon, dan Berkumandang Setiap Jum’at

#

(sumber: Instagram/@cirebonheritage)

Saat ini Azan Pitu ditetapkan oleh Disparbud Jabar sebagai warisan tak benda untuk tahun 2022. Azan Pitu merupakan tradisi yang ada di Masjid Sang Cipta Rasa, yang juga menjadi Masjid peninggalan Sunan Gunung Jati do Kompleks Keraton Kasepuhan, Cirebon.

Azan Pitu dilakukan setiap Shalat Jumat di Masjid Sang Cipta Rasa, dimana sebanyak tujuh muazin secara bersama-sama mengumandangkan tanda masuk waktu shalat atau Adzan Shalat Jumat.

Mengenai istilah Azan Pitu, dalam bahasa Cirebon, tujuh disebut pitu maka dari itu di Masjid Sang Cipta Rasa merujuk pada azan yang dilakukan oleh tujuh orang secara bersamaan.

Azan Pitu dilakukan pada azan pertama, setelah jamaah melaksanakan shalat sunnah. Barulah dikumandangkan azan kedua yang dilakukan hanya oleh seorang muazin. Setelah itu barulah khatib baik mimbar untuk melakukan khotbah.

Riwayat Azan Pitu diceritakan memiliki hubungan erat dengan tokoh yang bernama Menjangan Wulung, pada saat itu beliau merupakan seseorang yang menolak syiar Islam oleh Sunan Gunung Jati di daerah Cirebon dan sekitarnya.

Terdapat juga versi lain, bahwa Azan Pitu merupakan gagasan dari istri Sunan Gunung jati yang juga puteri Tumenggung Cakrabuana, yakni Nyi Mas Pakung Wati. Jabatan Tumenggung bergelar Cakrabuana diberikan sang ayaj yang menjadi raja di kerajaan, kemudian dikenal sebagai Siliwangi.

Ketika masih muda, Tumenggung Cakrabuana disebut Raden Walang Sungsang. Setelah menunaikan haji mendapatkan sebutan Abdullah Iman atau Ki Somadullah.

Lanjut cerita, pada saat itu ada siasat Nyi Mas Pakung Wati untuk menghadapi teror yang dilakukan Menjangan Wulung yang menyerang Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Pasalnya Menjangan Wulung tidak menyukai masyarkat yang berbondong-bondong mendatangi Masjid Sang Cipta Rasa untuk beribadah. Salah satu yang menjadi daya tarik mengapa banyak orang yang berbondong untuk datang kesana, Masjid Agung Sang Cipta Rasa dihiasi dengan banyaknya ornamen yang berasal dari keyakinan lama sehingga masyarakat tertarik datang kesana.

Rasa ingin tau masyarakat kian tergelitik ketika mendengar suara azan dikumandangkan dari Masjid, saat itu Menjangan Wulung berpikir bahwa faktor yang mendorong masyarakat mendatangi Masjid Cipta Rasa adalah azan. Karena itu Menjangan Wulung memasang racun di atas Masjid.

Racun tersebut memiliki keistimewaan karena dapat menguap turun ketika azan dikumandangkan. Maka racun tersebut menyerang muazin hingga terkapar dan tidak dapat melanjutkan azan.

Dari sanalah Nyi Mas Pakuang Wati yang mendapatkan keterangan tersebut langsung memerintahkan agar jumlah muazin ditambah. Pertimbangan tersebut didasari racun yang hanya mengena muazin dan tidak mencelakai jamaah.

Akan tetapi ketika muazin ditambah dan menjadi dua orang, racun Menjangan Wulung tetap menebar teror. Dua muazin pun terkapar akibat racun. Jumlah muazin ditambah lagi hingga tiga orang. Kejadian masih berulang hingga akhirnya Nyi Mas Pakung Wati memerintahkan agar jumlah muazin menjadi tujuh.

Ternyata racun tersebut tak mampu mencelakai ketujuh muazin, bahkan ketika azan berkumandang oleh tujuh muazin, setelah selesai terdengar suara ledakan sangat keras yang menandai hancurnya racun Menjangan Wulung berkat pertolongan Allah SWT.

Azan Pitu dikumandangkan hingga saat ini , setelah suasana kondusif, Azan Pitu hanya dikumandangkan pada Shalat Jum’at.

COMMENTS: (0)

Post You May Like