(Sumber: cirebonkota.go.id)
Setiap daerah memiliki kebudayaannya masing-masing, tak terkecuali Cirebon yang memiliki tarian magis. Salah satu tarian dari Cirebon adalah tari sintren, yang mengandung unsur magis dan tidak boleh sembarang untuk mainan. Biasanya tarian ini dibawakan oleh perempuan yang menggunakan kostum tari dan berkacamata hitam, serta penari masuk ke dalam kurungan yang ditutup oleh kain.
Kata sintren diambil dari bahasa Cirebon, berasal dari kata ‘si’ yang berarti dia dan ‘tren’ yang berarti perempuan. Maka, tari sintren memiliki arti perempuan yang sedang menari. Sejak dulu, tari sintren hanya dilakukan oleh perempuan, yang tubuhnya dengan sengaja dirasuki oleh roh halus saat menari, dan sang penari akan lenggak-lenggok dengan sendirinya.
Menurut sejarah, tari sintren awalnya sebagai penyalur perjuangan rakyat Indonesia saat berada di masa penjajahan Belanda. Saat itu, pemerintah Belanda melarang segala macam kesenian yang mengandung unsur perjuangan. Kemudian, para pemuda dari pesisir utara Jawa menggunakan bahasa daerah agar Belanda tidak memahami.
Tari sintren lalu menjadi pengiring sajak perjuangan berbahasa daerah dengan perempuan sebagai simbol dari sarkastik melawan penjajah Belanda pada saat itu. Tak hanya itu, tari sintren juga bertujuan untuk menyalurkan pesan kehidupan agar manusia tidak serakah akan hal-hal duniawi.
(Sumber: pinterest)
Untuk melakukan pentas tari, sang penari harus dalam keadaan suci, bersih, dan tidak berdoa. Sebelum itu, penari diminta untuk berpuasa terlebih dahulu agar roh halus bisa masuk ke dalam tubuh penari lebih mudah. Penari juga akan diikat dalam kurungan ayam yang sudah ditutupi kain sambil dibacakan syair khusus oleh pawang.
Biasanya, tari sintren hanya ditunjukan setiap malam bulan purnama dan ketika keadaan malam sedang sunyi dan sepi. Tapi saat ini tari sintren digelar di sanggar-sanggar kesenian dan menjadi agenda pertunjukan rutin saat lebaran di Taman Wisata Gua Sunyaragi Cirebon.
