(Sumber: aboutcirebon.id)
Klenteng Talang salah satu bangunan bersejarah di Kota Cirebon, berada di jalan Talang Kecamatan Lemahwungkuk. Dulunya klenteng ini adalah masjid yang digunakan oleh Muslim Tionghoa,terdapat sejarah yang membuatnya berubah menjadi klenteng yang menjadi simbol toleransi keberagamaan
Warna merah dan putih mendominasi bangunan tersebut dan di bagian depan dari Klenteng Talang berbentuk paduraksa. Di halaman Klenteng terdapat patung Nabi Guan Panglima Sejati serta sumur keramat yang disebut juga Sumur Kahuripan. Sementara, pada bangunan utamanya serupa dengan Klenteng pada umumnya.
Klenteng yang usianya lebih dari lima abad itu ternyata pernah menjadi tempat ibadah bagi umat Muslim Tionghoa, dibangun sekitar 1450 oleh Tan Sam Cay yang juga dikenal sebagai Mohammad Syafei. â Tan Sam Cay adalah adalah salah satu seorang etnis Tionghoa yang mendapatkan gelar Tumenggung Aria Diap Wiracula dari Kesultanan Cirebon.
Klenteng Talang digunakan oleh Tan Sam Cay dan seluruh Muslim Tionghoa bermazhab Hanafi yang bermukim di Cirebon sebagai tempat ibadah, saat sebelum menjadi Klenteng. Dari beberapa literatur menyebutkan masuknya Muslim Tionghoa bermazhab hanafi berawal dari syiar yang dilakukan Laksamana Haji Kung Wu Ping, keturunan Khonghucu yang mendirikan mercusuar di atas atas bukit Gunung Jati yang berada di kecamatan Gunung Jati Cirebon.
(Sumber: negerisendiri.com)
Di Sembung Muslim Tionghoa berkembang pesat, tapi tidak di dua wilayah lainnya yakni Serindil dan Talang. Kondisi tersebut membuat Muslim Tionghoa memilih memusatkan aktivitasnya di Sembung. Masjid di Sendril kemudian menjadi pertapaan begitupun dengan Talang, ditinggalkan karena penduduk Tionghoa Muslim mulai merosot yang akhirnya masjid tersebut berubah menjadi Klenteng, sedangkan di Sembung semakin berkembang.
Nama Talang yang berasal dari kata âToa Langâ yang memiliki arti tuan besar atau orang besar yang ditujukan kepada tiga utusan dari Dinasti Ming, Chengho, Fa Wan San Khung Wu Fung. Seperti Klenteng pada umumnya digunakan untuk beribadah Konghucu dan pernah dipugar sekali untuk penambahan bangunan di bagian samping.
Senada dengan yang di sampaikan Budayawan Cirebon Nurdin M Noer. Nurdin mengatakan Klenteng Talang sebelumnya masjid bagi Muslim Tionghoa sebelum berubah menjadi Klenteng, dikatakan Nurdin, Klenteng Talang sempat berfungsi sebagai rumah abu. Pada Tahun 1848 sempat menjadi rumah abu, pindahan Vihara Welas Asih, yang di mana di tempat tersebut disimpan sekumpulan Sien Chi atau papan arwah leluhur Tionghoa.