(FOTO: instagram/@lampaubercerita)
Kesultanan Cirebon pada saat itu berkembang pesat, baik dalam pembangunan maupun peradaban masyarakat Cirebon yang semakin maju. Di masa Pemerintahan Sunan Gunung Jati beliau melakukan pembangunan sarana dan prasarana kerajaan, termasuk berbagai kebijakan yang sifatnya politis.
Langkah dan kebijakan Sunan Gunung Jati sebagai sebuah proses yang lazim di sebuah negara, terlebih negara harus berdaulat. Cirebon yang kaya akan budaya dan sejarahnya tentu tak terlepas dari serangkaian peperangan termasuk menghadapi serangan-serangan yang pada saat itu berasal dari para adipati bawahan kerajaan Sunda Galuh Pakuan Pajajaran.
Pertempuran pertama terjadi pada 1526, pada saat itu Cirebon bersama dengan Demas dipimpin oleh Fatahillah berjuang merebut Sunda Kelapa yang dikuasai Portugis.
Persatuan antara Cirebon dan Demas akhirnya membawakan hasil dan memperoleh kemenangan, kemudian masih ada peperangan selanjutnya yaitu dengan kerajaan Rajagaluh dan Kerajaan Talaga.
Motif terjadinya peperangan karena adanya kekhawatiran akan adanya ancaman dari Prabu Cakraningrat (negeri Rajagaluh) yang akan menyerbu Carbon dibawah pimpinan Arya Kiban.
Sementara peperangan dengan Talaga lebih dikarenakan kekhawatiran Arya Salingsingan (Talaga) bahwa Sunan Gunung Jati suatu saat akan menyerang Talaga, yang saat itu dialami Kerajaan Rajagaluh.
Setelah berhasil membangun kedaulatan Kesultanan Cirebon, Sunan Gunung Jati memperluas wilayahnya dengan mendirikan Kerajaan Banten.
Pangeran Sebangkinkin atau Maulana Hasanuddin yang juga merupakan Putra dari Sunan Gunung Jati diangkat menjadi Sultan Banten yang pertama.
Pada 13 Desember 1579. setelah berdirinya kesultanan Banten, dengan bantuan Carbon berhasil menguasai Pakuan Pajajaran, wilayah tersebut merupakan Ibu Kota Kerajaan Sunda. Kisah ini juga dibenarkan oleh para ahli di mana tepatnya pada tahun 1579 M terdapat peristiwa jatuhnya Kerajaan Sunda.
Setelah runtuhnya kekuasaan Kerajaan Sunda, di daerah Jawa bagian barat mulai bermunculan beberapa pusat kekuasaan yang lebih kecil dari kerajaan Sunda, yaitu Banten, Cirebon, Sumedanglarang dan Galuh.
Hal ini tentu menjadi keuntungan dan kesempatan Sunan Gunung Jati dalam melakukan dakwah Islam, sehingga proses penyebarannya dapat berlangsung dengan baik.
Pada saat itu banyak daerah yang semula dikuasai kerajaan Sunda kemudian satu persatu di rebut oleh tentara Islam, akhirnya wilayah Sunda menjadi daerah Kekuasaan Demak dan Cirebon.