(FOTO: instagram/@ind.tari)
Kabupaten Kuningan dikenal dengan keindahan alam yang membuat siapapun berkunjung kesana menjadi terpesona. Di Kabupaten Kuningan tersendiri Ada sebuah tradisi sebagai ungkapan rasa syukur kepada yang Maha Kuasa, rasa syukur tersebut dimaknai dalam sebuah tarian.
Kalau di Cirebon ada Tari Topeng atau Tari Sintren, Kabupaten Kuningan pun memiliki Tarian Khasnya yakni Tari Buyung. Yang juga disimbolkan sebagai rasa syukur nikmat yang telah Tuhan Berikan, terutama atas alam semesta yang indah dan memberikan manfaat bagi manusia.
Nama dari tari Buyung atau kata buyung sangat berkaitan erat di masyarakat Kuningan, yang dalam arti adalah alat yang digunakan untuk mengambil air oleh masyarakat Kuningan. Hal itu sudah ada sejak zaman dulu.
Alat ini terbuat dari logam dan tanah liat, maka saat ada tradisi tari buyung. Alat tersebut digunakan sebagai aksesoris menari dan disimpan diatas kepala.
Bagi masyarakat Kuningan, Tarian ini memiliki sebuah makna yakni mengajak kepada masyarakat khususnya Kuningan agar bisa lebih mencintai alam semesta pemberian Tuhan. Cara mencintainya yaitu dengan merawat dan menjaga ekosistem yang ada.
Dari sekian banyaknya pemberian Tuhan atas alam semesta yang indah dan bermanfaat bagi manusia, air menjadi keberkahan tersendiri bagi masyarakat Kuningan, apalagi Kuningan memiliki salah satu sumber mata air yakni dari Gunung Ciremai. Maka dari itu harus kita jaga bersama demi kelangsungan hidup masyarakat Kuningan.
Tradisi yang masih melekat pada masyarakat Kuningan dengan simbol Tarian, Tari Buyung sendiri bahkan sudah ada sejak lama dan diperkirakan diciptakan sekitar 1969 oleh Emilia Djatikusumah, ia merupakan istri dari seorang pemuka adat Kuningan bernama Pangeran Djatikusumah.
Inspirasi Tarian Buyung terinspirasi dari kebiasaan perempuan ketika mandi, kemudian saat mengambil air menggunakan buyung, biasanya air akan diambil dari danau, sungai, dan sumber mata air lainnya.
Jika diperhatikan dari setiap gerakan Tari Buyung, menurut cerita yang ada, gerakan lembut dan suasana saat bulan purnama menjadi dasar adanya penciptaan ini. Tarian ini juga dipentaskan bersamaan dengan perayaan adat seren taun. Seren taun ini merupakan bentuk rasa syukur atas hasil panen. Selain itu, Tarian ini juga sering ditampilkan pada acara tertentu, seperti acara daerah di Kuningan.